Monday, December 30, 2013

2013 MOTORCYCLE: SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (ELEKTRONIC IGNITION SYSTEM)

SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (ELEKTRONIC IGNITION SYSTEM)
Artikel ini merupakan artikel terakhir tentang tipe-tipe sistem pengapian pada sepeda motor, pada artikel ini menggambarkan tentang teori sistem pengapian elektronik dan cara kerjanya, untuk lebih memperjelas gambaran teori ini maka penulis melengkapi artikel ini dengan beberapa gambar rangkaian sistem pengapian transistor.
Sistem pengapian elektronik pada sepeda motor dibuat untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terjadi pada sistem pengapian konvensional, baik yang menggunakan baterai maupun magnet. Pada
pengapian konvensional umumnya kesulitan membuat komponen seperti contact breaker (platina) dan unit pengatur saat pengapian otomatis yang cukup presisi (teliti) untuk menjamin keterandalan dari kerja mesin. Bahkan saat dipakai pada kondisi normalpun, keausan komponen tersebut tidak dapat dihindari.
Terdapat beberapa macam sistem pengapian elektronik yang digunakan pada sepeda motor, diantaranya:
1) Sistem pengapian semi transistor (dilengkapi platina)

2013 MOTORCYCLE: SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DENGAN BATERAI (BATTERY AND COIL IGNITION SYSTEM)

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DENGAN BATERAI (BATTERY AND COIL IGNITION SYSTEM)
Sistem pengapian pada artikel ini membahas kelanjutan dari dari artikel sebelumnya yakni tentang tipe sistem pengapaian pada sepeda motor yang terbagi atas 3 bagian, nah pada artikel ini memuat tipe yang kedua yaitu sistem pengapian konvensional dengan baterai
Sistem pengapian konvensional baterai merupakan sistem pengapian yang mendapat sumber tegangan tidak dari source coil lagi, melainkan langsung dari sistem kelistrikan utama mesin, yaitu baterai.
Baterai berfungsi sebagai tempat menyimpan energi listrik. Sistem pengapian ini akan lebih menguntungkan karena lebih kuat dan stabil dalam memberikan suplai tegangan, baik untuk pengapian itu sendiri maupun untuk aksesoris seperti sistem penerangan.

2013 MOTORCYCLE: TIPE SISTEM PENGAPIAN PADA SEPEDA MOTOR

TIPE SISTEM PENGAPIAN PADA SEPEDA MOTOR
Artikel ini menjelaskan beberapa tipe sistem pengapian yang digunakan pada sepedamotor, untuk lebih menjelaskan arah teori artikel ini juga dilengkapi dengan beberapa penjelasan gambar termasuk gambar rangkaian.
Secara umum tipe sistem pengapian pada sepeda motor dibagi menjadi:
1. Sistem Pengapian Konvensional (menggunakan contact breaker/platina)
a. Sistem Pengapian Dengan Magnet (Flywheel Generator/Magneto Ignition System)
b. Sistem Pengapian Dengan Baterai (Battery And Coil Ignition System)
2. Sistem Pengapian Electronic (Electronic Ignition System)
a. Sistem Pengapian Semi-Transistor (Dengan Platina)
b. Sistem Pengapian Full Transistor (Tanpa Platina)
c. Sistem Pengapian CDI (Capacitor Discharge Ignition)
1. Sistem Pengapian Dengan Magnet (Flywheel Generator/ Magneto Ignition System)
Sistem pengapian flywheel magnet merupakan sistem pengapian yang paling sederhana dalam menghasilkan percikan bunga api di busi dan telah terkenal penggunaannya dalam pengapian motor-motor kecil sebelum munculnya pengapian elektronik. Sistem pengapian ini mempunyai keuntungan yaitu tidak tergantung pada baterai untuk menghidupkan awal mesin karena sumber tegangan langsung berasal dari source coil (koil sumber/pengisi) sendiri.

2013 MOTORCYCLE: ANALISIS KERUSAKAN PADA BUSI

ANALISIS KERUSAKAN PADA BUSI
Pada artikel ini penulis mengupload beberapa gambar mengenai berbagai kerusakan yang terjadi pada elekroda dan masa busi, kerusakan biasanya disebabkan karena human error atau pre-ignition pada engine, salah satu penyebab kerusakan ekstrim pada busi disebabkan oleh campuran yang terlalu gemuk atau kurus serta adanya endapan oli pada ruang bakar, untuk lebih lengkapnya silahkan baca artikel ini.
Berdasarkan foto-foto busi berikut ini, maka kita dapat melakukan analisanya sebagai berikut:
Berdasarkan gambar 4.33 di atas dapat dianalisis yaitu kondisi busi terlihat normal. Ujung insulator busi berwarna putih keabu-abuan, tetapi dapat juga kuning atau coklat keabu-abuan. Hal ini mengindikasikan bahwa mesin beroperasi bagus dan pemakaian tingkat panas busi telah benar.

2013 MOTORCYCLE: TIPE-TIPE BUSI

TIPE-TIPE BUSI
artikel ini membahas mengenai beberapa macam tipe busi yang digunakan pada sepeda motor beserta fungsi dari tipe busi tersebut.
Terdapat beberapa macam tipe busi, diantaranya:
a. Busi Tipe Standar (Standard Type)
Busi dengan ujung elektroda tengah saja yang menonjol keluar dari diameter rumah yang berulir (threaded section) disebut busi standar. Ujung insulator (nose insulator) tetap berada di dalamnya (tidak menonjol).
Tipe busi ini biasa-nya cocok untuk mesin-mesin dengan tahun pem-buatan lebih tua

2013 MOTORCYCLE: TINGKAT PANAS BUSI

TINGKAT PANAS BUSI
Elektroda busi harus dipertahankan pada suhu kerja yang tepat, yaitu antara 4000C sampai 8000C. Bila suhu elektroda tengah kurang dari 4000C, maka tidak akan cukup untuk membakar endapan karbon yang dihasilkan oleh pembakaran sehingga karbon tersebut akan melekat pada permukaan insulator, sehingga akan menurunkan tahanan dengan rumah-nya. Akibatnya, tegangan tinggi yang diberikan ke elektroda tengah akan menuju ke massa tanpa meloncat dalam bentuk bunga api pada celah elektroda, sehingga mengakibatkan tarjadinya kesalahan pembakaran (misfiring).
Bila suhu elektroda tengah melebihi 8000C, maka akan terjadi peningkatan kotoran oksida dan terbakarnya elektroda tersebut. Pada suhu 9500C elektroda busi akan menjadi sumber panas yang dapat membakar campuran bahan bakar tanpa adanya bunga api, hal ini disebut dengan istilah pre-ignition yaitu campuan bahan bakar dan udara akan terbakar lebih awal karena panas elektroda tersebut sebelum busi bekerja memercikkan bunga api (busi terlalu panas sehingga dapat membakar campuran dengan sendirinya). Jika terjadi pre-ignition, maka daya mesin akan turun, karena waktu pengapian tidak tepat dan elektroda busi atau bahkan piston dapat retak, leleh sebagian atau bahkan lumer.

2013 MOTORCYCLE: BUSI

BUSI
Pada artikel kali ini penulis menjabarkan teori tentang salah satu komponen pada sistem pengapian yang berfungsi sebagai penghasil percikkan bunga api pada langkah kompresi komponen tersebut adalah busi, artikel ini hanya membahas tentang konstruksi busi serta berbagai celah penyetelan busi yang berguna untuk kestabilan jalannya sistem pengapian pada sebuah sepedamotor, untuk lebih lengkapnya silahkan baca artikel berikut,
Tegangan tinggi yang dihasilkan oleh kumparan sekunder koil pengapian, setelah melalui rangkaian tegangan tinggi akan dikeluarkan diantara elektroda tengah (elektroda positif) dan elektroda sisi (elektroda negatif) busi berupa percikan bunga api. Tujuan adanya busi dalam hal ini adalah untuk mengalirkan pulsa atau arus tegangan tinggi dari tutup (terminal) busi ke bagian elektroda tengah ke elektroda sisi melewati celah udara dan kemudian berakhir ke masa (ground).
Busi merupakan bagian (komponen) sistem pengapian yang bisa
habis, dirancang untuk melakukan tugas dalam waktu tertentu dan harus
diganti dengan yang baru jika busi sudah aus atau terkikis.
1. Konstruksi busi
Bagian paling atas dari busi adalah terminal yang menghubungkan kabel tegangan tinggi. Terminal ini berhubungan dengan elektroda tengah yang biasanya terbuat dari campuran nikel agar tahan terhadap panas dan elemen perusak dalam bahan bakar, dan sering mempunyai inti tembaga untuk membantu membuang panas. Pada beberapa busi elektroda terbuat dari campuran perak, platina, paladium atau emas. Busi-busi ini dirancang untuk memberikan ketahanan terhadap erosi yang lebih besar serta bisa tetap bagus. 
 
Elektroda tengah melewati isolator (penyekat) keramik yang terdapat pada bagian luarnya. Isolator ini berfungsi untuk melindungi elektroda tengah dari kebocoran listrik dan melindungi dari panas mesin. Untuk mencegah kebocoran gas terdapat seal (perapat) antara elektroda tengah dengan isolator dan antara isolator dengan bodi busi. Bodi busi dibuat dari baja dan biasanya diberi pelat nikel untuk
mencegah korosi. Bagian atas luar bodi berbentuk hexagon (sudut segi enam) yang berfungsi untuk mengeraskan (memasang) dan mengendorkan (membuka) busi. Pada bagian bawahnya dibuat ulir agar busi bisa disekrupkan (dipasang) ke kepala silinder. Pada bagian ujung bawah busi terdapat elektroda sisi atau elektroda negatif. Elektroda ini dilas ke bodi busi untuk jalur ke masa saat terjadi percikan.
Terdapat dua tipe dudukan (seat) busi yaitu berbentuk datar dan kerucut. Dudukan busi merupakan bagian dari bodi busi pada bagian atas ulir yang akan bertemu/berpasangan dengan kepala silinder. Jika dudukan businya berbentuk datar, maka terdapat cincin perapat (sealing washer), sebaliknya jika dudukannya berbentuk kerucut maka tidak memerlukan cincin perapat.
Kemampuan dalam menghasilkan bunga api tergantung pada beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
a. Bentuk elektroda busi
Elektroda busi yang bulat akan mempersulit lompatan bunga api sedangkan bentuk persegi dan runcing dan tajam akan mempermudah loncatan api. Elektroda tengah busi akan membulat setelah dipakai dalam waktu lama, oleh karena itu loncatan bunga api akan menjadi lemah dan menyebabkan terjadinya kesalahan pengapian, sebaliknya elektroda yang tipis atau tajam akan mempermudah percikan bunga api, akan tetapi umur penggunaannya menjadi pendek karena lebih cepat aus
b. Celah Busi
Bila celah elektroda busi lebih besar, bunga api akan menjadi sulit melompat dan tegangan sekunder yang diperlukan untuk itu akan naik.Bila elektroda busi telah aus, berarti celahnya bertambah, loncatan bunga api menjadi lebih sulit sehingg akan menyebabkan terjadinya kesalahan pengapian.
Celah elektroda untuk sepeda motor (tanda panah pada gambar di samping) biasanya 0,6-0,7mm (untuk lebih jelasnya lihat buku Manual atau katalog busi)
Gambar di samping adalah celah elektroda yang terlalu kecil. Hal ini akan berakibat; bunga api lemah, elektroda cepat kotor, khususnya pada mesin 2 tak (two stroke).
Gambar di samping adalah celah elektroda yang terlalu besar. Hal ini akan berakibat kebutuhan tegangan untuk meloncatkan bunga api lebih tinggi. Isolator-isolator bagian tegangan tinggi cepat rusak karena dibe-bani tegangan pengapian yang luar biasa tingginya. Jika sistem pengapian tidak da-pat memenuhi kebutuhan tersebut, mesin mulai hidup tersen-dat-sendat pada beban penuh. Selain itu, celah busi yang terlalu besar juga bisa menyebabkan mesin agak sulit dihidupkan.
c. Tekanan Kompressi
Bila tekanan kompresi meningkat, maka bunga apipun akan menjadi semakin sulit untuk meloncat dan tegangan yang dibutuhkan semakin tinggi, hal ini juga terjadi pada saat beban berat dan kendaraan bejalan lambat dengan kecepatan rendah dan katup gas terbuka penuh. Tegangan pengapian yang dibutuhkan juga naik bila suhu campuran udara-bahan bakar turun.

Sunday, December 29, 2013

2013 MOTORCYCLE: KONDENSOR

KONDENSOR
Saat arus primer mengalir akan terjadi hambatan pada arus tersebut, hal ini disebabkan oleh induksi diri yang terjadi pada waktu arus mengalir pada kumparan primer. Induksi diri tidak hanya terjadi pada waktu arus primer mengalir, akan tetapi juga pada waktu arus primer diputuskan oleh platina saat mulai membuka. Pemutusan arus primer yang tiba-tiba pada waktu platina membuka, menyebabkan bangkitnya tegangan tinggi sekitar 500 V pada kumparan primer. Induksi diri tersebut, menyebabkan sehingga arus prima tetap mengalir dalam bentuk bunga api pada celah kontak. Hal ini
terjadi karena gerakan pemutusan platina cenderung lebih lambat dibanding gerakan aliran listrik yang ingin terus melanjutkan alirannya ke masa/ground. Jika terjadi loncatan bungai api pada platina tersebut saat platina mulai membuka, maka pemutusan arus primer tidak terjadi dengan cepat, padahal tegangan yang dibangkitkan pada kumparan sekunder naik bila pemutusan arus primer lebih cepat.
Untuk mencegah terjadinya loncatan bunga api pada platina seperti percikan api pada busi, maka dipasang kondensor pada rangkaian pengapian. Pada umumnya kondensor dipasang (dirangkai) secara paralel dengan platina.
Gambar 1. Kondenser
Dengan adanya kondensor, maka induksi diri pada kumparan primer yang terjadi waktu platina membuka, disimpan sementara pada kondensor, sekaligus akan mempercepat pemutusan arus primer Kemampuan dari suatu kondensor ditunjukkan oleh seberapa sebesar kapasitasnya. Kapasitas kondensor diukur am satuan mikro farad (μf), misalnya kapasitor dengan kapasitas 0,22 μf atau 0,25 μf. Agar fungsi kondensor bisa benar-benar mencegah terbakarnya platina karena adanya loncatan bunga api pada paltina tersebut, maka kapasitas kondensor harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

2013 MOTORCYCLE: CONTACT BREAKER (PLATINA)

CONTACT BREAKER (PLATINA)
Platina pada sistem pengapian berfungsi untuk memutushubungkan tegangan baterai ke kumparan primer. Platina bekerja seperti switch (saklar) yang menyalurkan supply listrik ke kumparan primer koil dan memutuskan aliran listrik untuk menghasilkan induksi. Pembukaan dan penutupan platina digerakkan secara mekanis oleh cam/nok yang menekan bagian tumit dari platina pada interval waktu yang ditentukan
Gambar 1. Konstruksi Platina
Pada saat poros berputar maka nok akan mendorong lengan platina kearah kontak membuka dan selanjutnya apabila nok terus berputar lebih jauh maka platina akan kembali pada posisi menutup demikian seterusnya. Pada waktu platina menutup, maka arus mengalir ke rangkaian primer sehingga inti besi pada koil pengapian akan jadi magnet. Saat platina membuka, maka kemagnetan inti besi akan hilang dengan tibatiba. Kehilangan kemagnetan pada inti besi tersebut akan dapat membangkitkan tegangan tinggi (induksi) pada kumparan sekunder. Tegangan tinggi akan disalurkan ke busi, sehingga timbul loncatan bunga api pada celah elektroda busi untuk membakar campuran bensin dan udara pada akhir langkah kompresi.
Permukaan kontak platina dapat terbakar oleh percikan bunga api tegangan tinggi yang dihasilkan oleh induksi diri pada kumparan primer, oleh karena itu platina harus diperiksa dan diganti secara periodis. Karena platina sangat penting untuk menentukan performa sistem pengapian (konvensional), maka dalam pemeriksaannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
1. Tahanan kontak platina
Oksidasi/kerak kotoran yang terjadi pada permukaan permukaan platina akan semakin bertambah dan semakin buruk sebanding umur pemakaiannya.Bertambahnya lapisan oksidasi membuat permukaan platina semakin kasar/kotor dan memperbesar tahanannya, sehingga aliran arus pada rangkaian primer koil menjadi berkurang Faktor-faktor di bawah ini menyebabkan tahanan kontak platina semakin bertambah, yaitu:
a. Gemuk Menempel pada Permukaan Celah Kontak
Jika bahan ini melekat pada kontak platina, maka kontak akan bertambah hangus oleh loncatan bunga api, sehingga menambah tahanan kontak. Oleh karena itu, pada saat mengganti kontak platina harus diperhatikan agar oli atau gemuk tidak menempel pada celah kotak.
Gambar 2. Cara Membersihkan Celah Platina
Usahakan selalu membersih-kan celah kontak (air gap) saat akan melakukan pemasangan.
a. Titik Kontak Tidak Lurus
Gambar 3. Posisi dan Kedudukan Kontak Platina
Posisi/kedudukan kontak platina sebaiknya seperti pada gambar
a. Kedudukan kontak platina yang salah seperti gambar b, c dan (D3) dapat menyebabkan aliran arus pada rangkaian primer tidak optimal sehingga mempengaruhi besarnya induksi yang dihasilkan koil pengapian tersebut.
2. Celah Tumit Ebonit
Gambar 4. Tumit Ebonit
Untuk menghindari aus yang terlalu cepat, sebaiknya beri gemuk pada tumit ebonit tersebut. Jika tumit ebonit aus dapat menyebabkan platina tidak bisa terbuka saat cam berputar sehingga sehingga tidak akan terjadi loncatan bunga api dan mesin bisa mati.
3. Sudut Dwell
Sudut pengapian merupakan sudut yang diperlukan untuk satu kali pengapian pada satu silinder motor. Di mana secara detail dapat diterangkan sebagai sudut putar nok/cam saat platina mulai membuka sampai platina mulai membuka pada tonjolan nok/kam berikutnya
Gambar 5 Perbedaan sudut pengapian dengan
sudut dwell
 Berdasarkan gambar di samping, sudut dwell adalah lamanya posisi platina dalam keadaan menutup. Oleh karena Dengan memperbesar celah platina sudut dwell menjadi kecil, dan sebaliknya bila celah platina diperkecil maka sudut dwell akan menjadi besar. Sudut dwell yang terlalu besar dapat menyebabkan kemungkinan percikan busi pada sistem pengapian terlambat, putaran mesin kasar, tidak optimalnya fungsi kondenser, dan sebagainya. Sedangkan sudut dwell yang terlalu kecil, dapat menyebabkan kemungkinan percikan bunga api yang lemah/kecil, mesin overheating (mesin teralu panas), performa mesin jelek dan sebagainya.

2013 MOTORCYCLE: TIPE KOIL PENGAPIAN

TIPE KOIL PENGAPIAN
Pada postingan artikel kali ini saya membahas tentang beberapa tipe koil pengapian yang sering kita jumpai pada sepedamotor, nah seperti apa, dan bagaimana bentuk koil pengapian ini silahkan baca artikel ini.
Terdapat tiga tipe utama koil pengapian yang umum digunakan pada sepeda motor, yaitu:
a. Tipe Canister
Tipe ini mempunyai inti besi di bagian tengahnya dan kumparan sekunder mengelilingi inti besi tersebut. Kumparan primernya berada di sisi luar kumparan sekunder. Keseluruhan komponen dirakit dalam satu rumah di logam canister. Kadang-kadang canister diisi dengan oli (pelumas) untuk membantu meredam panas yang dihasilkan koil. Kontsruksi tipe canister seperti terlihat pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Koil Pengapian Tipe Canister

Saturday, December 28, 2013

2013 MOTORCYCLE: IGNITION COIL ( KOIL PENGAPIAN)

IGNITION COIL (KOIL PENGAPIAN)
Pada artikel ini penulis memuat pembahasan tentang salah satu komponen sistem pengapian yang berfungsi sebagai penaik arus baterai agar busi dapat memercikkan loncatan bunga api, ini belum sepenuhnya lengkap, pada postingan berikutnya akan penulis lengkapi dengan gambar rangkaian serta cara kerjanya.
Untuk menghasilkan percikan, listrik harus melompat melewati celah udara yang terdapat di antara dua elektroda pada busi. Karena udara merupakan isolator (penghantar listrik yang jelek), tegangan yang sangat tinggi dibutuhkan untuk mengatasi tahanan dari celah udara tersebut, juga untuk mengatasi sistem itu sendiri dan seluruh komponen sistem pengapian lainnya. Koil pengapian mengubah sumber tegangan rendah dari baterai atau koil sumber (12 V) menjadi sumber tegangan tinggi (10 KV atau lebih) yang diperlukan untuk menghasilkan loncatan bunga api yang kuat pada celah busi dalam sistem pengapian.

2013 MOTORCYCLE: KUNCI KONTAK

KUNCI KONTAK
Post singkat ini memuat tentang artikel yang berkaitan dengan komponen utama pada sepedamotor yakni kunci kontak (main switch), kunci kontak ini difungsikan sebagai penyambung dan pemutus arus listrik ke wiring kelistrikan pada unit sepedamotor, pada kunci kontak sepeda motor terdapat tiga terminal yakni IG=untuk pengapian, ACC=untuk penyambung arus pada wiring dan B=sebagai terminal arus masuk dari baterai.
Pada sistem pengapian, kunci kontak diperlukan untuk memutushubungkan rangkaian tegangan baterai ke koil pengapian terminal (15/IG/+) saat menghidupkan atau mematikan mesin.
Gambar 1. Kunci Kontak
Bila kunci kontak posisi (On/IG/15), maka arus dari baterai akan mengalir ke terminal positif (+/15) koil pengapian, maka tegangan primer sistem pengapian siap untuk bekerja.

2013 MOTORCYCLE: SUMBER TEGANGAN TINGGI PADA SEPEDAMOTOR

SUMBER TEGANGAN TINGGI PADA SEPEDA MOTOR
Artikel ini memuat pengetahuan tentang sumber-sumber tegangan tinggi yang ada pada sepeda motor.
dan beberapa sumber tegangannya, ga panjang-panjang mukadimahnya sb, langsung baca aja artikel ini.
Untuk menjamin tersedianya tegangan pengapian yang tetap tinggi maka diperlukan sistem yang akurat. Sistem pengapian tegangan tinggi menghasilkan percikan bunga api di busi. Sumber tegangan pada sepeda motor dapat berasal dari:
Pengapian Langsung
Bentuk yang paling sederhana sumber tegangan pengapian adalah dengan menyediakan source coil (koil sumber pengapian) yang tergabung langsung dengan generator utama (alternator atau flywheel magneto). Keuntungannya adalah sumber tegangan tidak dipengaruhi oleh beban sistem kelistrikan mesin. Sedangkan kekurangannya adalah pada kecepatan mesin rendah, seperti pada saat menghidupkan (starting) mesin, tegangan yang keluar dari koil sumber berkemungkinan tidak cukup untuk menghasilkan percikan yang kuat. Arus listrik yang dihasilkan oleh alternator atau flywheel magneto adalah arus listrik AC (Alternating Currrent). Prinsip kerja alternator dan flywheel magneto sebenarnya adalah sama, perbedaannya hanyalah terletak pada penempatan atau konstruksi magnetnya. Pada flywheel magneto bagian magnet ditempatkan di sebelah luar spool (kumparan).
Magnet tersebut berputar untuk membangkitkan listrik pada spool (kumparan) dan juga sebagai roda gila (flywheel) agar putaran poros engkol tidak mudah berhenti atau berat. Sedangkan pada alternator
magnet ditempatkan di bagian dalam spool (kumparan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

2013 MOTORCYCLE: PENDAHULUAN TEORI SISTEM PENGAPIAN SEPEDAMOTOR

PENDAHULUAN TEORI SISEM PENGAPIAN SEPEDAMOTOR
Pada Artikel ini penulis membahas tentang teori (pendahuluan) sistem pengapian, untuk lebih jelas tentang komponen, cara kerjanya akan dibahas pada artikel berikutnya, tetapi sebelum kita mengenal lebih jauh tentang sistem pengapian sepeda motor ini, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu tentag syarat-syarat dari sistem pengapian ini, silahkan baca artikel ini untuk info lengkapnya.
Sistem pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses pembakaran campuran bensin dan udara di dalam silinder sesuai waktu yang sudah ditentukan yaitu pada akhir langkah kompresi. Permulaan pembakaran diperlukan karena, pada motor bensin pembakaran tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran bensin-udara yang dikompresikan terjadi di dalam silinder setelah busi memercikkan bunga api, sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian gas (eksplosif) hasil pembakaran, mendorong piston ke TMB menjadi langkah usaha. Agar busi dapat memercikkan bunga api, maka diperlukan suatu sistem yang bekerja secara akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai komponen, yang bekerja bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat dan singkat.

2013 MOTORCYCLE: PERATURAN TENTANG SISTEM PENERANGAN

PERATURAN TENTANG SISTEM PENERANGAN
Pada postingan artikel kali ini saya menjabarkan tentang beberapa peraturan sistem penerangan, kenapa terdapat peraturan pada sistem penerangan? jawabannya singkat saja, peraturan ini dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang berlaku pada negara mana sepeda motor akan dipasarkan, nah untuk lebih lengkapnya apasaja model rangkaian sistem penerangan yang ada menurut pasar dari sepedamotor itu, silahkan anda simak artikel ini.
Peraturan tentang sistem penerangan berbeda-beda antara satu negara dengan lainnya, sehingga untuk model sepeda motor yang sama bisa jadi sistem penerangannya dibuat berbeda jika akan dipasarkan
untuk negara yang berbeda. Misalnya untuk negara bagian Amerika dan Kanada, tidak boleh ada saklar untuk penerangan. Lampu pada sistem penerangan secara otomatis berasal dari ignition switch (kunci kontak), tidak dapat dipisah, sehingga lampu-lampu otomatis menyala saat mesin hidup (gambar 1). Untuk lampu sein, sering digunakan lampu yang mempunyai dua filament. Lampu yang daya (watt) kecil akan tetap hidup selama mesin hidup. Ketika tanda lampu sein diaktifkan, lampu yang mempunyai daya lebih tinggi akan berkedip-kedip sebagai tanda bahwa lampu sein sedang dihidupkan untuk memberi isyarat kepada pengendara lainnya.

Thursday, December 26, 2013

2013 MOTORCYCLE: SUMBER LISTRIK SISTEM PENERANGAN SEPEDAMOTOR


SUMBER LISTRIK SISTEM PENERANGAN
Pada artikel kali saya membahas tentang sumber listrik dari sistem penerangan, tentusaja kita semua mungkin sudah faham sumber listrik pada sepeda motor adalah baterai (Accumulator), akan tetapi seperti kita ketahui daya baterai pada sepeda motor hanya 10 V meskipun ada juga yang mencapai 12 V sedangkan untuk sekali percikan bunga api busi saja membutuhkan arus sekitar 2500 V!, nah dengan jumlah arus yang terbatas ini mustahil rasanya baterai bisa menghidupkan semua sistem kelistrikan pada sepeda motor, pertanyaannya dari mana baterai mendapat suplay arus yang besar untuk menghidupkan seluruh komponen sistem kelistrikan pada sepeda motor? pertanyaan tersebut akan dijawab pada artikel ini, jadi silahkan baca saja sob.

Sumber listrik untuk sistem penerangan dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, diantaranya:
a. Sumber Listrik AC dengan Pengontrolan pada Main Switch (Saklar Utama)
Sistem penerangan pada tipe ini hampir semuanya menggunakan arus listrik AC, kecuali peralatan pemberi isyarat (seperti lampu sein). Sistem ini digunakan pada motor-motor kecil yang menggunakan flywheel magnet (gambar 1).

2013 MOTORCYCLE: SISTEM INSTRUMENTASI DAN TANDA PERINGATAN PADA SEPEDAMOTOR

SISTEM INSTRUMENTASI DAN TANDA PERINGATAN PADA SEPEDAMOTOR (INSTRUMENTATION SYSTEM AND WARNING SIGNAL)
pada artikel kali ini penulis menguraikan materi tentang sistem insrumentasi dan tanda peringaan, nah sistem instrumentasi mencakup antara lain: speedomeer, RPM meter, macam-macam sakelar, dan switch yang ada pada sepeda motor, bagian ini penting kenapa? karena komponen inilah yang memberkan isyarat kepada pengemudi bahwasanya komponen kelistrikan apasaja yang sedang berkerja, unuk lebih lengkapnya silahkan baca artikel ini.  
Yang dimaksud dengan instrumentasi adalah perlengkapan sepeda motor berupa alat ukur yang memberikan informasi kepada pengendara tentang keadaan sepeda motor tersebut. Sistem instrumentasi pada sepeda motor tidak sama jumlahnya, mulai dari sepeda motor dengan instrumentasi sederhana sampai sepeda motor yang dilengkapi dengan instrumen yang banyak. Sistem instrumentasi yang lengkap antara lain terdiri dari; speedometer (pengukur kecepatan kendaraan), tachometer (pengukur putaran mesin), ammeter (pengukur arus listrik), voltmeter (pengukur tegangan listrik), clock (jam), fuel and temperature gauges (pengukur suhu dan bahan bakar), oil pressure gauge (pengkur tekanan oli) dan sebagainya.

2013 MOTORCYCLE: RANGKAIAN KLAKSON DAN CARA KERJANYA

RANGKAIAN KLAKSON (HORN) SEPEDA MOTOR DAN CARA KERJANYA
Salah satu komponen [ening yang harus berkerja pada sepeda motor adalah klakson., klakson itu sendiri difungsikan sebagai isyarat kepada pengemudi lain tentang keberadaan sepedamotor atau syarat untuk memotong kendaraan lain saat berada dijalan raya.
Fungsi klakson adalah untuk memberikan isyarat dengan bunyi atau suara yang ditimbulkannya. Terdapat beberapa tipe klakson, yaitu; 1) Klakson listrik, 2) klakson udara, dan 3) klakson hampa udara. Klakson listrik terdiri atas diafragma (diaphragm), lilitan kawat (coil), kontak platina (contact), dan pemutus (armature). Konstruksi klakson listrik seperti diperlihatkan pada gambar 1 dibawah ini.

2013 MOTORCYCLE: SISTEM PENERANGAN SEPEDA MOTOR ( SISTEM LAMPU SEIN/TANDA BELOK)

SISTEM LAMPU SEIN/TENDA BELOK (Turn Signals System)
Pada artikel kali ini saya akan menguraikan artikel tentang lampu sein/tanda belok, pada sepeda motor tentu saja terdapa lampu sein/lampu belok dan lampu ini difungsikan sebagai tanda (signal) kepada pengemudi lain bahwa sepedamotor akan berbelok, pada artikel ini penulis menjabar kan tiga jenis sisem lampu sein beserta gambar rangkaian antara lain: lampu sein dengan flasher tipe kapasitor, lampu sein dengan flasher bimetal, lampu sein dengan flasher transisor, nah unuk lebih lengkapnya silahkan anda baca artikel ini.
Semua sepeda motor yang dipasarkan dilengkapi dengan sistem lampu tanda belok. Pada beberapa model sepeda motor besar, dilengkapi saklar terpisah lampu hazard (tanda bahaya), yaitu dengan berkedipnya semua lampu sein kiri, kanan, depan dan belakang secara bersamaan.
Fungsi lampu tanda belok adalah untuk memberikan isyarat pada kendaraan yang ada di depan, belakang ataupun di sisinya bahwa sepeda motor tersebut akan berbelok ke kiri atau kanan atau pindah jalur. Sistem tanda belok terdiri dari komponen utama, yaitu dua pasang lampu,
sebuah flasher/turn signal relay, dan three-way switch (saklar lampu tanda belok tiga arah).
Flasher tanda belok merupakan suatu alat yang menyebabkan lampu tanda belok mengedip secara interval/jarak waktu tertentu yaitu antara antara 60 dan 120 kali setiap menitnya. Terdapat beberapa tipe flasher, diantaranya; 1) flasher dengan kapasitor, 2) flasher dengan bimetal, dan 3) flasher dengan transistor.

2013 MOTORCYCLE: SISTEM PENERANGAN SEPEDA MOTOR ( LAMPU BELAKANG DAN REM)

LAMPU BELAKANG DAN REM (TAIL LIGHT AND BRAKE LIGHT)
Setelah selesai dengan pembahasan materi lampu kepala, maka materi kita lanjutkan dengan membahas lampu bagian belakang pada sepeda motor, biasanya lampu belakang sepeda motor terdapat dua filamen lampu, filamen yang pertama difungsikan sebagai filamen lampu belakang dan kota yang rangkaiannya menjadi satu dengan sakelar lampu besar, dan filamen yang kedua difungsikan untuk lampu rem yakni sebagai isyarat pengemudi yang lainnya bahwa sepeda motor akan berhenti. baik untuk lebih lengkapnya silahkan simak arikel mengenai lampu belakang berikut ini.
Lampu belakang berfungsi memberikan isyarat jarak sepeda motor pada kendaraan lain yang berada di belakangnya ketika malam hari. Lampu belakang pada umumnya menyala bersama dengan lampu
kecil yang berada di depan. Lampu ini sering disebut dengan lampu kota, bahkan kadang-kadang disebut lampu senja karena biasanya sudah mulai dinyalakan sebelum hari terlalu gelap. Untuk bagian depan disebut lampu jarak (clereance light) dan untuk bagian belakang disebut lampu belakang (tail light).

2013 MOTORCYCLE: SISTEM PENERANGAN SEPEDA MOTOR (LAMPU KEPALA/BESAR)

LAMPU KEPALA/LAMPU BESAR
Pada pokok bahasan kali ini saya akan menjabarkan pokok bahasan mengenai sistem kelistrikan body sepeda motor, yakni jenis lampu yang ada pada sepeda motor, tentu saja artikel kali ini berbeda dengan beberapa artikel yang membahas kelistrikan bodi kendaraan ringan (Mobil) perbedaan nya terdapa pada jenis lampu yang digunakan, daya lampu serta bentuk rangkaiannya, nah, unuk lebih jelasnya silahkan baca artikel kali ini
Fungsi lampu kepala adalah untuk menerangi bagian depan dari sepeda motor saat dijalankan pada malam hari. Selain kabel dan konektor (sambungan), komponen-komponen sistem lampu kepala
antara lain (lihat gambar 1) :
Gambar 1 Penempatan sistem penerangan pada salah satu sepeda motor
 a. Saklar lampu (lighting swicth)
Saklar lampu berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan lampu. Pada umumnya saklar lampu pada sepeda motor terdapat tiga posisi, yaitu; 1) posisi OFF (posisi lampu dalam keadaan mati/tidak hidup); 2) posisi 1 (pada posisi ini lampu yang hidup adalah lampu kota/jarak baik depan maupun belakang), dan 3) posisi 2 (pada posisi ini lampu yang hidup adalah lampu kepala/besar dan lampu kota.

Wednesday, December 25, 2013

2013 MOTORCYCLE:PENDAHULUAN MATERI SISTEM PENERANGAN SEPEDA MOTOR

SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM)
Pada srtikel kali ini penulis membahas tentang materi sistem penerangan sepeda motor, secara prinsip sistem penerangan pada sepeda motor hampir sama dengan mobil hanya saja pada sepeda motor dan mobil terdapat perbedaan dari letak dari komponen sistem penerangan tersebut, untuk lebih jelasnya silahkan simak posingan artikel berikut ini.
Suatu sistem yang tidak kalah pentingnya dalam sepeda motor adalah sistem penerangan. Sistem penerangan sangat diperlukan untuk keselamatan pengendaraan, khususnya di malam hari dan juga untuk memberi isyarat/tanda pada kendaraan lainnya. Sistem penerangan pada sepeda motor dibagi menjadi dua fungsi, yaitu; 1) sebagai penerangan (illumination) dan 2) sebagai pemberi isyarat/peringatan (signalling/warning).
Yang termasuk ke dalam fungsi penerangan antara lain:
1. Headlight (lampu kepala/depan)
2. Taillight (lampu belakang),
3. Instrument lights (lampu-lampu instrumen).
Sedangkan yang termasuk ke dalam fungsi pemberi isyarat antara lain;
1. Brake light (lampu rem)
2. Turn signals (lampu sein/tanda belok),
3. Oil pressure dan level light (lampu tanda tekanan dan level oil)
4. Netral light (lampu netral untuk transmisi/perseneling)
5. Charging light (lampu tanda pengisian). Tidak semua sepeda motor dilengkapi charging light.
6. Untuk sistem yang lebih komplit, misalnya pada sepeda motor dengan sistem bahan bakar tipe injeksi (EFI) , kadang-kadang terdapat juga hazard lamp (lampu hazard/tanda bahaya), low fuel warnig (pemberi peringatan bahan bakar sudah hampir kosong), temperature warning (pemberi peringatan suhu), electronic fault warning (pemberi peringatan terjadinya kesalahan/masalah pada komponen elektronik), dan sebagainya.
Contoh penempatan sistem penerangan (lighting system), baik yang berfungsi sebagai penerangan maupun pemberi isyarat adalah seperti pada gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1. Penempatan sistem penerangan padasalah satu sepeda motor



2013 MOTORCYCLE: PERSYARATAN DAN CARA KERJA SERTA KOMPONEN SISTEM PENGISIAN SEPEDA MOTOR

PERSYARATAN DAN CARA KERJA SERTA KOMPONEN SISTEM PENGISIAN SEPEDA MOTOR
Berikutnya pada artikel kali ini penulis menjabarkan secara terperinci mengenai persyaratan, cara kerja serta komponen dari sistem pengisian, semoga artikel sederhana ini dapat menambah khasanah ilmu kita semua amin.  
Persyaratan yang harus Dipenuhi Sistem Pengisian
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi sistem pengisian secara umum adalah untuk menghasilkan energi listrik supaya bisa mengisi kembali dan mempertahankan kondisi energi listrik pada baterai tetap stabil. Disamping itu, sistem pengisian juga berfungsi untuk menyuplai energi listrik secara langsung ke sistem-sistem kelistrikan, khususnya bagi sepeda motor yang menggunakan flywheel magnet (tidak dilengkapi dengan baterai).
Berdasarkan fungsi di atas, maka sistem pengisian yang baik
setidaknya memenuhi persyaratan berikut ini:
a. Sistem pengisian harus bisa mengisi (menyuplai) listrik dengan baik pada berbagai tingkat/kondisi putaran mesin.
b. Sistem pengisian harus mampu mengatur tegangan listrik yang dihasilkan agar jumkah tegangan yang diperlukan untuk sistem kelistrikan sepeda motor tidak berlebih (overcharging).

Tipe Generator
Generator yang dipakai pada sistem pengisian sepeda motor dibedakan menjadi dua, yaitu generator arus searah (DC), dan generator arus bolak-balik (AC). Yang termasuk ke dalam generator AC antara lain; generator dengan flywheel magnet dan alternator AC 3 Phase.
a. Generator DC
Prinsip kerja dari generator DC sama dengan pada motor starter yang telah di bahas pada bagian motor starter. Dalam hal ini, jika diberikan arus listrik maka akan berfungsi sebagai motor dan jika diputar oleh gaya luar maka akan berfungsi menjadi generator. Oleh karena itu, generator tipe ini sering juga disebut dinamo starter atau self starter dinamo. Terdapat dua jenis kumparan dalam stator, yaitu seri field coil (terhubung dengan terminal relay starter) dan shunt field coil (terhubung dengan regulator sistem pengisian). Ilustrasi rangkaiannya adalah seperti terlihat pada gambar 1 di bawah ini:

Cara Kerja Sistem Pengisian Tipe Generator DC (Self Starter Dinamo)
Pada saat starter switch (saklar starter) dihubungkan, arus akan mengalir dari relay starter ke seri field coil terus ke armature coil dan berakhir ke massa. Motor akan berputar untuk memutarkan/menghidupkan mesin. Setelah mesin hidup, kontak pada relay starter diputuskan (starter switch tidak lagi ditekan), sehingga tidak ada lagi arus yang mengalir ke seri field coil. Akibatnya motor berubah fungsi menjadi generator karena armature coil saat ini menghasilkan arus listrik yang disalurkan ke regulator pengisian melewati shunt field coil.
Gambar 1. Rangkaian sistem pengisian dengan tipe generator DC (dinamo starter)
Sistem pengisian dengan generator DC tidak secara luas digunakan pada sepeda motor karena tidak dapat menghasilkan gaya putar/engkol yang tinggi serta agak kurang efisien sebagai fungsi generatornya. Salah satu contoh yang menggunakan tipe ini adalah mesin dua langkah (yamaha RD200).

Generator AC
1) Generator dengan Flywheel Magnet (Flywheel Generator)
Generator dengan flywheel magnet sering disebut sebagai alternator sederhana yang banyak digunakan pada scooter dan sepeda motor kecil lainnya. Flywheel magnet terdiri dari stator dan flywheel rotor yang mempunyai magnet permanen. Stator diikatkan ke salah satu sisi crankcase (bak engkol). Dalam stator terdapat generating coils (kumparan pembangkit listrik).
Gambar 2. Contoh konstruksi flywheel generator
Keterangan Gambar:
1. Komponen-komponen flywheel generator 
2. Flywheel rotor
3. Komponen-komponen stator 
4. Stator plate (piringan stator)
5. Seperangkat contact breaker (platina) 
6. Condenser (kapasitor)
7. Lighting coil (spool lampu) 
8. Ignition coil (koil pengapian)
Catatan : Pada gambar ini ignition coil termasuk bagian dari komponen stator. Pada mesin lainnya kemungkinan digunakan external coil, karenanya ignition coil dalam flywheel generator diganti dengan ignition source coil yang bentuknya hampir sama dengan lighting coil.

Terdapat beberapa tipe aplikasi/penerapan pada rangkaian sistem pengisian sepeda motor yang menggunakan generator AC dengan flywheel magnet ini, diantaranya;
a) Sepeda motor yang keseluruhan sistem kelistrikannya menggunakan arus AC sehingga tidak memerlukan rectifier untuk mengubah output pengisian menjadi arus DC.
b) Sepeda motor yang sebagian sistem kelistrikannya masih menggunakan arus AC (seperti headlight lamp/lampu kepala, tail light/lampu belakang, dan meter lamp) dan sebagian kelistrikan lainnya menggunakan arus DC (seperti horn/klakson, turn signal lamp/lampu sein). Rangkaian sistem pengisiannya sudah dilengkapi dengan rectifier dan regulator. Rectifier digunakan untuk mengubah sebagian output pengisian menjadi arus DC yang akan dialirkannya ke baterai. Regulator digunakan untuk mengatur tegangan dan arus AC yang menuju ke sistem penerangan dan tegangan dan arus DC yang menuju baterai.
Gambar. 3. Rangkaian sistem pengisian dengan generator AC yang dilengkapirectifier dan voltage Regulator
Berdasarkan gambar 3. di atas, regulator akan bekerja mengatur arus dan tegangan pengisian yang masuk ke baterai dan mengatur tegangan yang masuk ke lampu supaya mendekati tegangan yang konstan supaya lampu tidak cenderung berkedip. Pengaturan tegangan dan arus tersebut berdasarkan peran utama ZD (zener dioda) dan SCR (thyristor). Jika tegangan dalam sistem telah mencapai tegangan tembus (breakdown voltage) maka tegangan yang berlebih akan dialirkan ke massa. ZD yang dipasang umumnya mempunyai tegangan tembus sebesar 14V. Untuk lebih memahami cara kerja ZD dan SCR tersebut, perhatikan gambar 4 di bawah ini:
Gambar 4. Rangkaian sistem pengisian yang dilengkapi voltage regulator dan rectifier
Cara Kerja Sistem Pengisian Generator AC
Arus AC yang dihasilkan alternator disearahkan oleh rectifier dioda. Kemudian arus DC mengalir untuk mengisi baterai. Arus juga mengalir menuju voltage regulator jika saklar untuk penerangan (biasanya malam hari) dihubungkan. Pada kondisi siang hari, arus listrik yang dihasilkan lebih sedikit karena tidak semua kumparan (coil) pada alternator digunakan.
Pada saat tegangan dalam baterai masih belum mencapai tegangan maksimum yang ditentukan, ZD masih belum aktif (off) sehingga SCR juga belum bekerja. Setelah tegangan yang dihasilkan sistem pengisian naik seiring dengan naiknya putaran mesin, dan telah mencapai tegangan tembus ZD, maka ZD akan bekerja dari arah kebalikan (katoda ke anoda) menuju gate pada SCR.
Selanjutnya SCR akan bekerja mengalirkan arus ke massa. Saat ini proses pengisian ke baterai terhenti. Ketika tegangan baterai kembali menurun akibat konsumsi arus listrik oleh sistem kelistrikan (misalnya untuk penerangan) dan telah berada di bawah tegangan tembus ZD, maka ZD kembali bersifat sebagai dioda biasa. SCR akan menjadi off kembali sehingga tidak ada aliran arus yang di buang ke massa. Pengisian arus listrik ke baterai kembali seperti biasa. Begitu seterusnya proses tadi akan terus berulang sehingga pengisian baterai akan sesuai dengan yang dibutuhkan. Inilah yang dinamakan proses pengaturan tegangan pada sistem pengisian yang dilakukan oleh voltage regulator.
Alternator satu phase (single-phase alternator) merupakan alternator yang menghasilkan arus AC satu gelombang, masing-masing setengah siklus (180o) untuk gelombang positif dan negatifnya (gambar 5 bagian A). Jika disearahkan hanya dengan satu buah dioda, maka hanya akan menghasilkan setengah gelombang penuh (gambar 5 bagian B). Untuk itu pada rangkaian sistem pengisian yang menggunakan alternator, dipasangkan rectifier (dioda) setidaknya 4 buah untuk menyearahkan arus yang menuju baterai, sehingga bisa menghasilkan gelombang penuh pada sisi positifnya walau hanya menggunakan alternator satu phase (gambar 5 bagian C).
Gambar 5 Gelombang arus yang keluar dari alternator

Gambar 6 Sebuah dioda (A) dan empat buah dioda (B)

Gambar 7 Contoh tipe alternator 1 phase
Alternator AC 3 Phase
Perkembangan terakhir dari alternator yang digunakan pada sepeda motor adalah dengan merubah alternator dari satu phase menjadi 3 phase (3 gelombang). Alternator ini umumnya dipakai pada sepeda motor ukuran menengah dan besar yang sebagian besar telah menggunakan sistem starter listrik sebagai perlengkapan standarnya. Output (keluaran) listrik dari alternator membentuk gelombang yang saling menyusul, sehingga outputnya bisa lebih lembut dan stabil. Hal ini akan membuat output listriknya lebih tinggi dibanding alternator satu phase.
Salah satu tipe alternator 3 phase yaitu alternator tipe magnet permanen, yang terdiri dari magnet permanen, stator yang membentuk cincin dengan generating coils (kumparan pembangkit) disusun secara radial dibagian ujung luarnya, dan rotor dengan kutub magnetnya dilekatkan didalamnya. Tipe
lainnya dari alternator 3 phase adalah yang menggunakan elektromagnet seperti alternator pada mobil.
Gambar 9. Alternator 3 phase tipe magnet permanen
Gambar 10. Alternator 3 phase tipe elekromagnetik
Alternator tipe elektromagnetik terdiri dari komponenkomponen :
a) Stator coil: kumparan yang dibentuk dalam hubungan delta atau bintang yang bertindak sebagai medium terjadinya pembangkitan arus listrik di dalam alternator. Stator coil statis terhadap housing (tidak berputar).
b) Rotor coil: merupakan kumparan elektromagnet untuk membangkitkan gaya magnet yang akan memotong stator coil selama berputar hingga menghasilkan arus listrik. Rotor coil membangkitkan kemagnetan pada claw pole selama mendapat suplai listrik dari baterai (arus listrik eksitasi).
c) Claw pole : merupakan kutub-kutub inti kumparan rotor (rotor coil) yang dibentuk sedemikian rupa hingga dihasilkan gaya magnet yang lebih kuat dan terkonsentrasi. Tiap sisi dari claw pole menghasilkan kutub yang berbeda.
d) Brush dan slip ring: sebagai jalur masuk dan keluarnya arus listrik eksitasi (pemicu) menuju rotor coil. Dengan cara ini, arus listrik dari baterai dapat disalurkan ke dalam rotor coil selama rotor berputar.
Pengaturan tegangan dan penyearahan arus pada sistem pengisian alternator 3 phase pada prinsipnya sama dengan sistem pengisian alternator satu phase seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun dalam alternator 3 phase disamping menggunakan pengaturan tegangan (voltage regulator) secara elektronik menggunakan transistor dan zener diode, juga ada yang menggunakan voltage regulator mekanik (menggunakan contact point/platina).



2013 MOTORCYCLE: PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN SEPEDA MOTOR

PRINSIP KERJA SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM)
Pada awal postingan artikel kali ini penulis membuka dengan pokok bahasan sistem pengisian pada sepeda motor, nah sebelum kita bahas cara kerja dan rangkaian ada baiknya kia harus mengetahui prinsip kerja dari sistem pengisian ini, seperti apa prinsip kerjanya, silahkan simak arikel berikut.
Sistem kelistrikan sepeda motor seperti; sistem starter, sistem pengapian, sistem penerangan dan peralatan instrumen kelistrikan lainnya membutuhkan sumber listrik supaya sistem-sistem tersebut bisa berfungsi. Energi listrik yang dapat disuplai oleh baterai sebagai sumber listrik (bagi sepeda motor yang dilengkapi baterai) jumlahnya terbatas. Sumber listrik dalam baterai tersebut akan habis jika terus menerus dipakai untuk menjalankan (mensuplai) sistem kelistrikan pada sepeda tersebut. Untuk mengatasi hal-hal tadi, maka pada sepeda motor dilengkapi dengan sistem pengisian (charging system).
Secara umum sistem pengisian berfungsi untuk menghasilkan energi listrik supaya bisa mengisi kembali dan mempertahankan kondisi energi listrik pada baterai tetap stabil. Disamping itu, sistem pengisian juga berfungsi untuk menyuplai energi listrik secara langsung ke sistem-sistem kelistrikan, khususnya bagi sepeda motor yang menggunakan flywheel magneto (tidak dilengkapi dengan baterai). Bagi sebagian sepeda motor yang dilengkapi baterai juga masih ada sistem-sistem (seperti sistem lampu-lampu) yang langsung disuplai dari sistem pengisian tanpa lewat baterai terlebih dahulu.
Komponen utama sistem pengisian adalah generator atau alternator, rectifier (dioda), dan voltage regulator. Generator atau alternator berfungsi untuk menghasilkan energi listrik, rectifer untuk menyearahkan arus bolak-balik (AC) yang dihasilkan alternator menjadi arus searah (DC), dan voltage regulator berfungsi untuk mengatur tegangan yang disuplai ke lampu dan mengontrol arus pengisian ke baterai sesuai dengan kondisi baterai.

Prinsip Kerja Generator
Induksi Listrik
Gambar 1. Prinsip terjadinya Induksi listrik
Bila suatu kawat penghantar dililitkan pada inti besi, lalu didekatnya digerak-gerakkan sebuah magnet, maka akan timbul energi listrik pada kawat tersebut (jarum milivoltmeter bergerak). Timbulnya energi listrik tersebut hanya terjadi saat ujung magnet mendekati dan menjauhi inti besi. Induksi listrik terjadi bila magnet dalam keadaan bergerak. Saat ujung magnet mendekati inti besi, garis gaya magnet yang mempengaruhi inti besi akan menguat, dan sebaliknya. Perubahan kekuatan garis gaya magnet inilah yang menimbulkan induksi listrik.
Aplikasi Induksi Listrik
Gambar 2. Posisi kawat penghantar pada 0 Derajat
Pada gambar di atas, batang kawat dibentuk sedemikian rupa, ditopang oleh sebuah shaff (poros), dan pada ujung-ujungnya dilengkapi dengan cincin yang disebut komutator. Melalui komutator dan brush
(sikat), dihubungkan seutas kabel. Kawat penghantar diletakkan di antara dua kutub magnet yang tarik menarik (kutub U dan S). Berdasarkan gambar di atas, kawat penghantar berada pada posisi terjauh dari magnet. Oleh karena itu, kawat penghantar belum mendapat pengaruh dari garis gaya magnet.
Gambar 3. Posisi kawat penghantar pada 90 Derajat
Pada gambar 3. di atas, kawat penghantar melalui daerah dengan medan magnet terkuat karena berada pada posisi terdekat dengan magnet. Saat ini terbangkitkan energi listrik dengan tegangan tertinggi, yang membuat bola lampu menyala paling terang.
Gambar 4. Posisi kawat penghantar pada 180 Derajat
Pada gambar di atas, saat kawat penghantar telah mencapai posisi tegak kembali, kawat tidak mendapat pengaruh medan magnet karena kembali berada pada posisi terjauh dari magnet. Saat ini tidak terbangkit energi listrik di dalam kawat penghantar, dan lampu padam.



2013 SEPEDA MOTOR: INOVASI SISTEM STARTER

INOVASI SISTEM STARTER
Nah, mas bro setelah kembali ke bahasa indonesia 'adem Banget rasanya', baik pada pembahassan kali ini saya mencoba menggambarkan tentang inovasi yang ada pada sistem starter khususnya untuk kendaraan matic, pada artikel kali ini saya melengkapi gambar beriku cara kerjanya, nah silahkan mas bro baca sendiri ya, klo udah baca mohon untuk tinggalkan komennya y mas bro.
Pada beberapa sepeda motor telah dilengkapi pengaman (safety) bagi si pengendaranya, yaitu sistem starter tidak akan hidup jika tidak sesuai kondisi atau syarat yang telah ditetapkan. Misalnya, sistem starter tidak akan hidup jika rem depan atau rem belakang tidak ditekan. Sistem ini biasanya ditemukan pada sepeda motor jenis scooter (misalnya Yamaha Nouvo) yang menggunakan transmisi otomatis. Contoh pengaman lainnya adalah sistem starter tidak akan hidup jika gigi transmisi masuk (tidak posisi netral) atau kopling tidak ditarik/ditekan. Ada juga sepeda motor yang akan memutuskan aliran arus pada sistem pengapian jika sidestand (standar samping) masih kondisi digunakan/diturunkan, sementara sepeda motor tersebut akan dijalankan oleh pengendaranya. Rangkaian sistem starter terhubung dengan posisi sidestand dan rangkaian posisi gigi dan unit CDI pengapian.
a. Sistem Pengaman pada Scooter
Sistem pengaman pada scooter dirancang untuk mencegah scooter jalan sendiri bila pengendara memutar gas saat akan menghidupkan (men-start) mesin. Dengan sistem pengaman ini, sistem starter hanya bisa dihidupkan jika pengendara menekan rem depan dan/atau rem belakang. Gambar 1 di bawah ini memperlihatkan rangkaian sistem starter pada scooter yang dilengkapi dengan pengaman.
Cara kerja Sistem Starter yang Menggunakan Sistem Pengaman 
Jika rem depan maupun rem belakang ditekan, maka saklar rem depan/belakang (front/rear stop switch) akan menghubungkan kumparan relay starter dengan saklar utama (main switch).
Gambar 1. Rangkaian Sistem Starter Scooter
Akibat adanya aliran arus pada kumparan relay starter, maka dalam relay starter akan timbul kemagnetan yang akan menarik plat kontaknya. Selanjutnya arus yang besar langsung mengalir dari baterai menuju motor starter dan motor starter berputar.

b. Sistem Pengaman Sepeda Motor (selain Scooter)
Rangkaian sistem pengaman pada gambar di bawah ini dirancang untuk mencegah sepeda motor jalan sendiri saat pengendara secara tidak sengaja/tidak tahu menekan starter switch sementara posisi kopling tidak ditekan/ditarik atau posisi gigi transimisi sedang tidak dalam kondisi netral.
Gambar 2. Rangkaian sistem starter yang dilengkapi pengaman
Cara kerja Sistem Starter yang Menggunakan Sistem Pengaman
Berdasarkan gambar 2 di atas, terlihat bahwa kumparan relay starter tidak akan mendapat arus jika posisi gigi transmisi tidak netral atau kopling (clutch) tidak sedang ditekan/ditarik. Pada posisi tersebut, saklar netral (neutral switch) maupun saklar kopling (clutch switch) tidak akan menghubungkan rangkaian relay pengaman (safety relay) ke massa. Akibatnya safety relay tetap dalam kondisi tidak hidup (OFF) sehingga starter relay juga tidak akan hidup walaupun starter switch ditekan. Dengan demikian, motor starter tidak akan bisa berputar.
Aliran arus dari baterai menuju motor starter akan terjadi jika posisi gigi transmisi sedang netral. Skema aliran arusnya seperti digambarkan oleh tanda panah yang terlihat pada gambar 3. di bawah ini:
Gambar 3. Aliran arus listrik menuju motor starter saat gigi transmisi netral
Untuk lebih jelas lagi aliran arusnya berdasarkan gambar 3 di atas adalah sebagai berikut:
Baterai ------ main switch ------ safety relay -----neutral switch ----- massa.
Baterai ------ main switch ------ safety relay ----- starter relay ------ starter switch ------ massa.
Baterai ------ plat kontak starter relay ----- motor starter ----- massa (sehingga motor starter berputar).
Aliran arus dari baterai menuju motor starter juga akan terjadi jika posisi kopling sedang ditekan. Skema aliran arusnya seperti digambarkan oleh tanda panah yang terlihat pada gambar 4 di bawah ini: Untuk lebih jelas lagi aliran arusnya berdasarkan gambar 4 tersebut adalah sebagai berikut:
Baterai ------ main switch ------ safety relay -----clutch switch -----massa.
Baterai ------ main switch ------ safety relay ----- starter relay ------starter switch ------ massa.
Baterai ------ plat kontak starter relay ----- motor starter ----- massa (sehingga motor starter berputar).
Gambar 4. Aliran arus listrik menuju motor starter saat kopling ditekan
c. Sistem Switch Sidestand (Standar Samping)
Sistem pengaman dengan sistem switch sidestand adalah sistem yang digunakan pada sepeda motor yang menggunakan kombinasi tiga sistem, yaitu sistem starter, side stand, dan sistem pengapian. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan agar posisi sidestand sudah benar-benar diangkat/dikembalikan ke posisinya (tidak digunakan untuk posisi menyandarkan sepeda motor) sebelum motor dihidupkan/dijalankan. Ada beberapa kondisi yang berkaitan dengan sistem pengaman ini, yaitu:
1) Jika posisi sidestand sedang diturunkan/digunakan untuk menyandarkan sepeda motor, motor starter tidak akan bisa dihidupkan saat pengendara menekan starter switch. Kalaupun pengendara mencoba menghidupkan dengan kick starter (bukan sistem starter listrik), sistem pengapian tidak akan hidup kecuali posisi gigi transmisi netral.
2) Sistem pengapian akan hidup jika posisi transmisi netral atau posisi transmisi selain netral tapi kopling ditekan.
3) Jika sidestand dicoba diturunkan kembali setelah mesin hidup, pengapian akan mati (off) dan mesin akan mati sesaat ketika koplingnya ditarik dan gigi transmisi diganti dari posisi netral.


2013 MOTORCYCLE: HOW IT WORK STARTER SYSTEM

How it Works Starter System
Anjrit ... already tired of rambling English, that there is even no alias visitor nil, I just remembered American and European technology already far behind Indonesia, well it looks like I have to re-use Indonesian, Indonesian was either me back and apologize to 'google' my language keeps changing and I hope google do not block my blog thank you google. HAHAHAHA As was mentioned earlier that in general electric starter system consists of a battery , a fuse ( fuse ) , ignition ( ignition switch ) , the switch / button starter ( starter switch ) , starter relay , and starter motor . Large current ( approximately 40 amperes ) to flow to the starter motor when turned on . For the large current drain , the thicker the cable required ( large ) directly from the battery to the motors without passing the ignition starter switches that do not melt when pressed . Therefore , in a series system is equipped starter relay or solenoid starter switch .a. How to Work With a Starter Relay Starter System SimpleAs was mentioned earlier that the starter relay starter system is simple to use that many small-sized motorcycles ( motorcycles with engine capacity of 200 cc and below) . This type of motorcycle encountered in the community that is widely used as a means of family transport . Figure 1 below is an example of a series of starter system with a simple starter relay which is used in one type of Honda motorcycle . In this figure the starter system has been equipped with a safety system . Explanation of the safety systems will be discussed in more detail in section 5 ( starter system innovation .
Figure 1. with the starter circuit relay starter system is simple
The way it works is as follows :At the moment the starter switch ( starter button ) is pressed , current flows from the battery to the starter relay coil through the ignition switch ( ignition ) continues to mass . In this case the flow will reach the masses if the position of the clutch being pressed or neutral position of the transmission gear position ( clutch switch or neutral switch connecting the coil current from the starter relay to the masses ) . For motorcycles with a starter system that is not equipped with a safety system , the flow of the current to the starter button --------- ---------- starter relay coil to the masses . The current that flows into the relay coil is small enough so it will not make contact on the starter button overload . Once the flow to the mass , the starter relay coil magnetization occurs . This will cause the contact plate on the starter relay interested ( close ) , so that a large current to flow directly from the battery to the starter motor . Furthermore, the starter motor will rotate according to the working principle of the engine starter motor which has been described previously.
b. How to Work With a Starter System Starter Relay Type Pre-Engaged
The system pre-engaged starter type widely used for large-sized motorcycles. One motorcycle that uses this type of ignition system is a BMW motorcycle. Because of the car adopts the way it works equally well with the system pre-engaged starter type used on automobiles. The circuit system of pre-engaged starter type can be seen in Figure 2. below:
The way it works is as follows:
By the time the ignition is OFF, no current flows into the solenoid (starter relay) and the starter motor. Current from the battery stand-by (stop) at the contact point (contact point) next to the top (see figure 2). pinion gear (pinion gear) is not associated with the flywheel. By the time the ignition is in the ON-kan-, electric current will flow to the pull-in coil and a hold-in coil simultaneously. Furthermore, the pull-in coil will pull the plunger to the right and hold-in coil will hold the plunger in the final position. In the starter system's circuit, pull the coil mounted in series with the field coil so that the current coming out of the pull-in coil will be forwarded to the field
continue to coil mass. To more clearly the current flow is as follows:
Battery------Ignition Switch ------Terminals 50 ------terminals hold in coil-----Mass
Battery------
Ignition Switch------Terminal 50------ terminals pull the coil ------ Mass
field coil ---- positive brush ------Armature------ Negative Brush------ mass.
Therefore, the current flowing into the coil field is still small, the armature will rotate slowly to allow docking with the pinion gear flywheel gently. At this time the moving contact has not been in touch with the contact point (see figure 3).
Figure 3. The circuit system of pre-engaged starter type starter when the ignition is connected
At the same time, the movement of the plunger will cause the shift lever (master activator / lever) so interested pinion gear will shift toward the flywheel. When the pinion gear has been fully associated with the flywheel, moving contact will close the contact point so large flows of stand-by batteries on the upper contact point will flow directly to the field coil through the terminal C. As a result, the armature will spin faster and forwarded to the flywheel spins through overunning clutch and pinion gear (see Figure 3:33). for more clearly the current flow is as follows:
Battery ------Ignition Switch------Terminal 50 ------ terminals hold in coil------Mass
Battery------Ignitin Switch------contact point------field Coil------Positive brush------Armature------negative brush - ---- masses.
Figure 3. starter system circuit pre-engaged type starter pinion when the associated full
At the time of the moving contact has been associated with the contact point, then from the pull-in coil current can not flow, consequently detained by magnetism hold the plunger in the coil alone. If the machine has begun to live, the flywheel will rotate through the armature pinion for the starter motor speed less than the speed of the engine. To avoid damage caused by such things apada starter, the clutch starter (overunning clutch) will liberate and protect the armature from excessive rotation.